Sekarang saya mau nge-share tentang tugas-tugas sekolah. Yang berkaitan dengan pelajaran Bahasa Indonesia. Saya ingin nge-share nih tentang Cerpen yang saya buat sendiri. Kita bahasa sedikit Cerpen adalah Cerita Pendek yang dapat kita tentukan Unsur Intrinsik nya, unsur inrinsik yaitu Tema, Penokohan, Alur, Latar, dan Sudut Pandang.
Dan tema cerpen kita kali ini adalah horror atau Misteri. Ini dia cerpennya.
Pengalaman
Misteri di Rumah Lama
Hampir
lima tahun aku pindah dari rumah itu yaitu rumah lamaku di Nagasaki. Aku dan
keluargaku pindah karena sering terjadi kejadian aneh di rumah itu. Semua itu
bermula ketika keluargaku pindah ke rumah itu, waktu itu umurku masih tiga
belas tahun dan masih kelas tiga di Sekolah Menengah Pertama daerah Nagasaki.
“Anak-anak
perkenalkan murid baru di kelas kita.” Ucap wali kelas ku. Waktu itu aku sangat
pemalu, jadi aku sedikit dipaksa untuk masuk ke kelas oleh wali kelasku. “Eh...
Namaku Hatsune Miku, umurku tiga belas tahun, dan aku pindahan dari Sekolah
Menengah Pertama di Seika.” Ucapku walau
sedikit malu. “Baiklah Miku, kalau begitu kau duduk di bangku itu ya ?.” Ucap
Bu guru sambil menunjuk bangku yang berada di bagian belakang. Aku pun segera
beranjak kesana. “Miku satu lagi karena kamu belum ada buku pelajaran kamu
catat saja yah... Apa yang sedang dipelajari.” Bu guru menambahkan. “Baiklah
bu...” Jawab aku. Di sebelah kanan ku duduk anak perempuan berambut coklat
panjang dan berwajah cantik. Lantas aku berkenalan dengannya.
Ia
bernama Kariyama Mirai, orangnya tidak banyak omong dan cenderung pendiam, dan
ia bilang “Aku ingin menyelesaikan sesuatu dan pergi tapi tolong bantu aku.”.
Waktu pulang sekolah karena aku habis menyelesaikan registrasi siswa sendirian
karena ayah dan ibuku sedang berhalangan datang. Harusnya aku adalah siswa yang
pulang terakhir pada jam empat sore ini. Aku serasa ada yang mengikuti ku dari
lorong kelas tepat dibelakangku. Ketika ku lihat kebelakang tidak ada seorang
pun, lalu kulihat kedepan ternyata ada guru Matematika ku Kanbara Akihito lewat
di persimpangan lorong kelas sambil membawa bunga mawar putih. Lalu ku ikuti
pak guru sampai ke halaman belakang sekolah dan menaruhnya disitu dan aku
mendengar suara pak guru “Tenanglah disana...”. Beberapa saat kemudian aku
ketahuan oleh pak guru, dan Aku diantar pulang olehnya.
“Habis
registrasi ya Miku?” Pak guru bertanya. “Ah, iya pak guru, Pak... Anu...” Aku
ingin menanyakan tentang hal tadi kepada Pak Guru tapi aku takut. “Apa? Oh kamu
pasti ingin bertanya tentang hal tadi ya?.” Pak guru menebak apa yang ingin
kutanyakan. “Yang tadi hanya masalah pribadi pak guru saja.” Pak guru menjawab
tanpa ada rasa marah sedikit pun karena aku menanyakan tentang hal itu. “Ah...
Maaf telah menanyakan hal itu...” Aku pun minta maaf. “Tidak apa-apa, eh Miku
rumahmu belok kesini yah?.” Pak guru bertanya. “Ah iya benar pak, Itu Pak
didepan sudah rumah saya...” Aku pun turun dari mobil sambil mengucapkan
“Terimakasih banyak ya pak... Kalau tidak ada Bapak aku pasti akan kehujanan
karena tidak membawa payung.” Aku melihat Pak Guru Akihito terdiam sejenak
melihat rumahku seperti sedang memikirkan sesuatu. “Pak guru...” Aku memanggil
sejenak agar tidak diam. “Ah, iya yasudah ya, pak guru kalau begitu langsung
pulang, kamu belajar yang benar ya...” Pak guru. “Hati-hati dijalan pak.” Aku
menyapa pak guru.
Lalu
aku berjalan ke arah rumah, tiba-tiba seperti ada orang yang habis membuka
pintu dan menutupnya lagi, kukira mungkin saja Ayah dan Ibu sudah pulang atau
mungkin kakak. Tapi kalau kakak sih pulangnya jam lima sore dari kampus, kalau
Ibu pasti lama soalnya aku disuruh menyiapkan makan malam sendiri. Karena
samakin penasaran akupun ingin membuka pintu, tapi masih terkunci padahal tadi
seperti ada orang yang masuk kesini. Setelah kubuka tidak ada tanda keberadaan
Kakak, Ayah, maupun Ibu. Lalu seperti ada jejak air dilantai rumah yang menuju
ke lantai dua rumahku. Sampai di lantai dua, seperti ada sosok anak seumuran ku
yang memakai baju Sekolah Menengah Pertama yang masuk ke ruangan sebelah
kamarku. Kubuka ruangan itu dan ternyata ruangan itu adalah gudang dan tidak
ada apa-apa lagi selain isinya sapu, dan alat-alat pembersih lainnya. Lalu
kuberbalik dan melihat sesosok anak perempuan berambut panjang warna coklat
bersimbah darah dan menyodorkanku surat, sontak aku pun teriak dengan kerasnya
hingga ayahku yang baru sampai didepan rumah dengar dan segera berlari ke
arahku. Ketika ayahku datang sosok anak perempuan itupun hilang dari hadapan
wajahku.
Beberapa
hari kemudian setelah hari itu, banyak kejadian aneh yang ku alami seperti
barang-barang di kamarku yang tiba-tiba jatuh sendiri, suara orang minta
tolong, dan tak jarang penampakan sesosok anak perempuan berbaju putih dan
berambut panjang warna coklat. Dan suatu malam aku bermimpi dimimpiku terdapat
anak itu lagi, dan anak itu memberiku sebuah surat sambil meminta tolong
kepadaku. Ketika ku baca surat ini ternyata penerimanya itu adalah Kanbara
Akihito guru matematikaku di kelas. Aku pun terbangun dari tidurku, dan surat
yang dikasih oleh anak itu ternyata benar-benar ada di genggaman tangan kanan
ku. Aku beranjak dari tempat tidur dan ingin memberitahu kepada ibuku tentang
kejadian ini, karena pikirku masih jam sepuluh malam mungkin ibu belum tidur.
Sesaat
aku sudah membuka pintu kamarku untuk menuju ke lantai satu tempat kamar ibu
dan ayah. Aku melihat kembali sosok anak perempuan itu dengan bersimbah darah
di kepalanya sambil berkata “Tolong, bantu aku...”. Aku pun pingsan. Perempuan
itu seperti menunjukan semuanya disaat aku pingsan ini. Jadi waktu itu di natal
tahun 1992 perempuan itu, ingin menyampaikan seluruh isi hatinya kepada
penerima surat itu yang ternyata adalah guru matematikaku Kanbara Akihito sekaligus
bilang Selamat natal. Dia pun pergi ke kantor pos terdekat, tetapi semua Kantor
Pos terdekat tutup karena libur natal. Hanya ada satu kantor pos yang buka,
yaitu kantor pos pusat yang terdapat di daerah Barat kota Nagasaki. Ia pun naik
kereta agar cepat sampai, dan juga terhindar dari hujan salju yang dijalanan.
Tapi tidak seperti yang Ia kira, kereta yang Ia tumpangi terjadi kecelakaan.
Yang menyebabkan 45 orang tewas termasuk dirinya, Ia mengalami luka parah di
bagian kepala. Lalu aku pun bangun. Aku terkaget karena aku bangun bukan di
depan kamarku malahan di dalam kelas sekolah ku.
Sosok
anak perempuan itu adalah Kariyama Mirai, anak yang duduk disebelahku kalau
dikelas. Mirai dengan bersimbah darah datang dari depan kelas menuju ke arah
tempat aku bangun. Aku berkata “Mirai tolong jangan ganggu aku, aku tidak salah
apa-apa...” Aku sambil ketakutan. Tapi Mirai malah semakin dekat ke arahku. Aku
pun lari keluar kelas. Dan tepat di lorong kelas ada Pak Akihito yang sedang
lembur di sekolah dan ingin segera pulang. Aku pun menghampirinya, dan menangis
sambil memeluk dan menunjuk ke arah Mirai.
Mirai
pun mendekat, tapi tidak dalam wujud bersimbah darah atau yang lainnya. Ia
malah terlihat seperti anak SMP biasa sepertiku tapi memakai seragam lama
sekolah. Miraipun menunjuk kearah tangan kananku yang sedang menggenggam surat
dari Mirai itu. Lalu aku menyuruh Pak Guru untuk membacanya. Setelah dibaca
oleh Pak Guru, ia mengatakan “Mirai sudahlah... Aku mengerti, tapi kita sudah
berbeda alam. Sebenarnya waktu itu aku juga mencintaimu. Takdir sudah tidak
dapat diubah Mirai, Tenanglah di sana... Jangan ganggu kami lagi, jika ini yang
mau kau sampaikan maka akan ku terima... Dan cara kau menjawab ini sekarang
adalah dengan tenang di alammu sendiri, kau mengerti?.”. “Aku mengerti
Akihito... Maafkan aku... Sudah mengganggu kehidupanmu, tapi tujuan ku sudah
tersampaikan... Terimakasih banyak Akihito dan Miku maaf juga karena telah
mengganggumu, dan sekarang aku akan pergi... Selamat tinggal...” Ucapan
terakhir Mirai ketika ingin menuju cahaya yang berada di belakangnya sambil
menangis. Mirai pun menghilang di balik cahaya itu. Pak Guru Akihito pun
menelepon orangtua ku dan berkata bahwa aku ada di sekolah. Setengah jam
kemudian orangtua ku datang menjemputku.
Orangtua
ku bercerita bahwa kalau rumah yang keluargaku saat ini adalah bekas rumahnya
Mirai, dan ruangan disebelah kamarku adalah bekas kamar Mirai . Tapi setelah
Mirai meninggal keluarga Mirai pun pindah ke daerah Tokyo. Aku menghabiskan
masa SMP ku di Nagasaki, ketika Sekolah Menengah Atas aku pindah ke daerah
Kyoto, dan menyewa apartemen disana. Sekarang umurku delapan belas tahun dan
ingin melanjutkan pelajaran ke perguruan tinggi di daerah itu. Dan tepat pada
hari Natal tahun ini, aku mendapat surat. Aku pun kaget karena nama pengirimnya
adalah Kariyama Mirai pada tanggal 25 Desember tahun 1992, dan ia mengatakan
Selamat Natal kepadaku. “Selamat Natal Mirai...” Ucapku sehabis membaca surat
itu.
Selesai
Cipt. Bambang Prihatmoko
Putra
Karena blog gak bisa copy paste -_- Jadi tenang kalian juga bisa download kok ^^
0 komentar:
Posting Komentar