Kamis, 21 November 2013

Cerpen kisah misteri

Sekarang saya mau nge-share tentang tugas-tugas sekolah. Yang berkaitan dengan pelajaran Bahasa Indonesia. Saya ingin nge-share nih tentang Cerpen yang saya buat sendiri. Kita bahasa sedikit Cerpen adalah Cerita Pendek yang dapat kita tentukan Unsur Intrinsik nya, unsur inrinsik yaitu Tema, Penokohan, Alur, Latar, dan Sudut Pandang.
Dan tema cerpen kita kali ini adalah horror atau Misteri. Ini dia cerpennya.


Pengalaman Misteri di Rumah Lama

            Hampir lima tahun aku pindah dari rumah itu yaitu rumah lamaku di Nagasaki. Aku dan keluargaku pindah karena sering terjadi kejadian aneh di rumah itu. Semua itu bermula ketika keluargaku pindah ke rumah itu, waktu itu umurku masih tiga belas tahun dan masih kelas tiga di Sekolah Menengah Pertama daerah Nagasaki.
            “Anak-anak perkenalkan murid baru di kelas kita.” Ucap wali kelas ku. Waktu itu aku sangat pemalu, jadi aku sedikit dipaksa untuk masuk ke kelas oleh wali kelasku. “Eh... Namaku Hatsune Miku, umurku tiga belas tahun, dan aku pindahan dari Sekolah Menengah Pertama di Seika.”  Ucapku walau sedikit malu. “Baiklah Miku, kalau begitu kau duduk di bangku itu ya ?.” Ucap Bu guru sambil menunjuk bangku yang berada di bagian belakang. Aku pun segera beranjak kesana. “Miku satu lagi karena kamu belum ada buku pelajaran kamu catat saja yah... Apa yang sedang dipelajari.” Bu guru menambahkan. “Baiklah bu...” Jawab aku. Di sebelah kanan ku duduk anak perempuan berambut coklat panjang dan berwajah cantik. Lantas aku berkenalan dengannya.
            Ia bernama Kariyama Mirai, orangnya tidak banyak omong dan cenderung pendiam, dan ia bilang “Aku ingin menyelesaikan sesuatu dan pergi tapi tolong bantu aku.”. Waktu pulang sekolah karena aku habis menyelesaikan registrasi siswa sendirian karena ayah dan ibuku sedang berhalangan datang. Harusnya aku adalah siswa yang pulang terakhir pada jam empat sore ini. Aku serasa ada yang mengikuti ku dari lorong kelas tepat dibelakangku. Ketika ku lihat kebelakang tidak ada seorang pun, lalu kulihat kedepan ternyata ada guru Matematika ku Kanbara Akihito lewat di persimpangan lorong kelas sambil membawa bunga mawar putih. Lalu ku ikuti pak guru sampai ke halaman belakang sekolah dan menaruhnya disitu dan aku mendengar suara pak guru “Tenanglah disana...”. Beberapa saat kemudian aku ketahuan oleh pak guru, dan Aku diantar pulang olehnya.
            “Habis registrasi ya Miku?” Pak guru bertanya. “Ah, iya pak guru, Pak... Anu...” Aku ingin menanyakan tentang hal tadi kepada Pak Guru tapi aku takut. “Apa? Oh kamu pasti ingin bertanya tentang hal tadi ya?.” Pak guru menebak apa yang ingin kutanyakan. “Yang tadi hanya masalah pribadi pak guru saja.” Pak guru menjawab tanpa ada rasa marah sedikit pun karena aku menanyakan tentang hal itu. “Ah... Maaf telah menanyakan hal itu...” Aku pun minta maaf. “Tidak apa-apa, eh Miku rumahmu belok kesini yah?.” Pak guru bertanya. “Ah iya benar pak, Itu Pak didepan sudah rumah saya...” Aku pun turun dari mobil sambil mengucapkan “Terimakasih banyak ya pak... Kalau tidak ada Bapak aku pasti akan kehujanan karena tidak membawa payung.” Aku melihat Pak Guru Akihito terdiam sejenak melihat rumahku seperti sedang memikirkan sesuatu. “Pak guru...” Aku memanggil sejenak agar tidak diam. “Ah, iya yasudah ya, pak guru kalau begitu langsung pulang, kamu belajar yang benar ya...” Pak guru. “Hati-hati dijalan pak.” Aku menyapa pak guru.
            Lalu aku berjalan ke arah rumah, tiba-tiba seperti ada orang yang habis membuka pintu dan menutupnya lagi, kukira mungkin saja Ayah dan Ibu sudah pulang atau mungkin kakak. Tapi kalau kakak sih pulangnya jam lima sore dari kampus, kalau Ibu pasti lama soalnya aku disuruh menyiapkan makan malam sendiri. Karena samakin penasaran akupun ingin membuka pintu, tapi masih terkunci padahal tadi seperti ada orang yang masuk kesini. Setelah kubuka tidak ada tanda keberadaan Kakak, Ayah, maupun Ibu. Lalu seperti ada jejak air dilantai rumah yang menuju ke lantai dua rumahku. Sampai di lantai dua, seperti ada sosok anak seumuran ku yang memakai baju Sekolah Menengah Pertama yang masuk ke ruangan sebelah kamarku. Kubuka ruangan itu dan ternyata ruangan itu adalah gudang dan tidak ada apa-apa lagi selain isinya sapu, dan alat-alat pembersih lainnya. Lalu kuberbalik dan melihat sesosok anak perempuan berambut panjang warna coklat bersimbah darah dan menyodorkanku surat, sontak aku pun teriak dengan kerasnya hingga ayahku yang baru sampai didepan rumah dengar dan segera berlari ke arahku. Ketika ayahku datang sosok anak perempuan itupun hilang dari hadapan wajahku.
            Beberapa hari kemudian setelah hari itu, banyak kejadian aneh yang ku alami seperti barang-barang di kamarku yang tiba-tiba jatuh sendiri, suara orang minta tolong, dan tak jarang penampakan sesosok anak perempuan berbaju putih dan berambut panjang warna coklat. Dan suatu malam aku bermimpi dimimpiku terdapat anak itu lagi, dan anak itu memberiku sebuah surat sambil meminta tolong kepadaku. Ketika ku baca surat ini ternyata penerimanya itu adalah Kanbara Akihito guru matematikaku di kelas. Aku pun terbangun dari tidurku, dan surat yang dikasih oleh anak itu ternyata benar-benar ada di genggaman tangan kanan ku. Aku beranjak dari tempat tidur dan ingin memberitahu kepada ibuku tentang kejadian ini, karena pikirku masih jam sepuluh malam mungkin ibu belum tidur.
            Sesaat aku sudah membuka pintu kamarku untuk menuju ke lantai satu tempat kamar ibu dan ayah. Aku melihat kembali sosok anak perempuan itu dengan bersimbah darah di kepalanya sambil berkata “Tolong, bantu aku...”. Aku pun pingsan. Perempuan itu seperti menunjukan semuanya disaat aku pingsan ini. Jadi waktu itu di natal tahun 1992 perempuan itu, ingin menyampaikan seluruh isi hatinya kepada penerima surat itu yang ternyata adalah guru matematikaku Kanbara Akihito sekaligus bilang Selamat natal. Dia pun pergi ke kantor pos terdekat, tetapi semua Kantor Pos terdekat tutup karena libur natal. Hanya ada satu kantor pos yang buka, yaitu kantor pos pusat yang terdapat di daerah Barat kota Nagasaki. Ia pun naik kereta agar cepat sampai, dan juga terhindar dari hujan salju yang dijalanan. Tapi tidak seperti yang Ia kira, kereta yang Ia tumpangi terjadi kecelakaan. Yang menyebabkan 45 orang tewas termasuk dirinya, Ia mengalami luka parah di bagian kepala. Lalu aku pun bangun. Aku terkaget karena aku bangun bukan di depan kamarku malahan di dalam kelas sekolah ku.
            Sosok anak perempuan itu adalah Kariyama Mirai, anak yang duduk disebelahku kalau dikelas. Mirai dengan bersimbah darah datang dari depan kelas menuju ke arah tempat aku bangun. Aku berkata “Mirai tolong jangan ganggu aku, aku tidak salah apa-apa...” Aku sambil ketakutan. Tapi Mirai malah semakin dekat ke arahku. Aku pun lari keluar kelas. Dan tepat di lorong kelas ada Pak Akihito yang sedang lembur di sekolah dan ingin segera pulang. Aku pun menghampirinya, dan menangis sambil memeluk dan menunjuk ke arah Mirai.
            Mirai pun mendekat, tapi tidak dalam wujud bersimbah darah atau yang lainnya. Ia malah terlihat seperti anak SMP biasa sepertiku tapi memakai seragam lama sekolah. Miraipun menunjuk kearah tangan kananku yang sedang menggenggam surat dari Mirai itu. Lalu aku menyuruh Pak Guru untuk membacanya. Setelah dibaca oleh Pak Guru, ia mengatakan “Mirai sudahlah... Aku mengerti, tapi kita sudah berbeda alam. Sebenarnya waktu itu aku juga mencintaimu. Takdir sudah tidak dapat diubah Mirai, Tenanglah di sana... Jangan ganggu kami lagi, jika ini yang mau kau sampaikan maka akan ku terima... Dan cara kau menjawab ini sekarang adalah dengan tenang di alammu sendiri, kau mengerti?.”. “Aku mengerti Akihito... Maafkan aku... Sudah mengganggu kehidupanmu, tapi tujuan ku sudah tersampaikan... Terimakasih banyak Akihito dan Miku maaf juga karena telah mengganggumu, dan sekarang aku akan pergi... Selamat tinggal...” Ucapan terakhir Mirai ketika ingin menuju cahaya yang berada di belakangnya sambil menangis. Mirai pun menghilang di balik cahaya itu. Pak Guru Akihito pun menelepon orangtua ku dan berkata bahwa aku ada di sekolah. Setengah jam kemudian orangtua ku datang menjemputku.
            Orangtua ku bercerita bahwa kalau rumah yang keluargaku saat ini adalah bekas rumahnya Mirai, dan ruangan disebelah kamarku adalah bekas kamar Mirai . Tapi setelah Mirai meninggal keluarga Mirai pun pindah ke daerah Tokyo. Aku menghabiskan masa SMP ku di Nagasaki, ketika Sekolah Menengah Atas aku pindah ke daerah Kyoto, dan menyewa apartemen disana. Sekarang umurku delapan belas tahun dan ingin melanjutkan pelajaran ke perguruan tinggi di daerah itu. Dan tepat pada hari Natal tahun ini, aku mendapat surat. Aku pun kaget karena nama pengirimnya adalah Kariyama Mirai pada tanggal 25 Desember tahun 1992, dan ia mengatakan Selamat Natal kepadaku. “Selamat Natal Mirai...” Ucapku sehabis membaca surat itu.

Selesai


Cipt. Bambang Prihatmoko Putra



Karena blog gak bisa copy paste -_- Jadi tenang kalian juga bisa download kok ^^

0 komentar:

Posting Komentar